bicaralah,
angin sekarang sudah genap di lubang pintu
menjadi ingin menaiki punggung kuda
menuju sabana, luas kepulangan yang hijau
tumbuh menyebut saja dadaku
sudahlah,
kemasi betapa ganjil yang memelihara itu
perihal percakapan angka-angka di wajah cermin
silakan kau bungkus bersama usia agar selepas padam listrik di kamarmu
engkau menjadi lengkap, lelap memiliki hangat oleh segalaku
adakala
Diposting oleh: andri K wahab - Senin, 14 Juli 2014
adakala
kita pernah sejoli meniru lahir banyak cuaca
pada sekujur tubuh hijau pagi yang sembunyi ledak kejutan
menunggu pecah semburat rencana di genggam kepala itu
seperti daun gugur menapaki ranting tertinggi nasibnya terjatuh
kenangan sudah lebih dulu terlipat jadi angin
paham berhembus kepada pulang di segala lengang sudut jalan paling mustahil
membunyikan panggilan selamat datang
menancap di punggung, sunyi yang kubawa pergi ke mana saja
duhai,
aku ingin lelah
lantas kembali pulang
melawan sunyi bersama-sama
sepasang mata yang akhirnya
Diposting oleh: andri K wahab - Kamis, 10 Juli 2014
di antara langit kulit jeruk mandarin
ranting hujan gemulai patah satu-satu
jatuh menyalakan lampu semacam puluhan kunang-kunang
kerlip itu adalah kutukan yang pulang menuju rumah
sepasang kagum di atas bukit
ranting hujan gemulai patah satu-satu
jatuh menyalakan lampu semacam puluhan kunang-kunang
kerlip itu adalah kutukan yang pulang menuju rumah
sepasang kagum di atas bukit
dan lihatlah sepanjang besar pohon-pohon angsana
betapa itu rencana telah bergeliat
betapa itu rencana telah bergeliat
pergi tamasya ke lubuk musim-musim
yang tumbuh merawat rindang
yang tumbuh merawat rindang
untuk teduh di dekap suatu ketika
apakah benar,
surga menghafal betul jalan menuju ke mata itu?
perihal ajakan yang belum sampai
Diposting oleh: andri K wahab - Jumat, 04 Juli 2014
"mari pulang"
kataku
sebelum ketakutan semakin bersekolah di tubuhmu
pun besar meraih nasib yang gaduh
setelah tubuh lonceng terpukul ke kanan-kiri
oleh waktu bergoyang lenggang
"mari datang"
katamu
setelah matahari mendadak jadi kanak-kanak
terjun mandi di mangkuk kuah bakso
dan sore itu begitu semarak
pasrah, engkau teguk menghabisinya
"mari pulang, mari datang"
sebelum setelah ajakan menuai hasil
kecemasan lebih dulu merajut lebat gelap langit
dan rembulan adalah sepasang tubuh bermain petak umpet
menemukan purnama di teduh pelukan mata masing-masing
duhai,
kutuklah sepi ini
sejauh cara yang paling mustahil
kataku
sebelum ketakutan semakin bersekolah di tubuhmu
pun besar meraih nasib yang gaduh
setelah tubuh lonceng terpukul ke kanan-kiri
oleh waktu bergoyang lenggang
"mari datang"
katamu
setelah matahari mendadak jadi kanak-kanak
terjun mandi di mangkuk kuah bakso
dan sore itu begitu semarak
pasrah, engkau teguk menghabisinya
"mari pulang, mari datang"
sebelum setelah ajakan menuai hasil
kecemasan lebih dulu merajut lebat gelap langit
dan rembulan adalah sepasang tubuh bermain petak umpet
menemukan purnama di teduh pelukan mata masing-masing
duhai,
kutuklah sepi ini
sejauh cara yang paling mustahil
Langganan:
Postingan (Atom)